Jumat, 24 Juni 2011

Aktiivtas Belajar Siswa

Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi persyaratan berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Namun dalam mengembangkan budaya belajar tersebur perlu belajar yang mana dan bagaimana itu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata lain, persoalan belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan, tidak bias dipisahkan dengan pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. Secara tersirat persoalan-persoalan itu mestinya menjadi rujukan dalam membahas masalah-masalah belajar.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu factor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan dan pembelajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga klausa itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberikan contoh, dan memberikan pengaruh serta harus dapat mengendalikan peserta didik.
Tut wuri mengandung makna membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing dan mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung pengertuan sikap menentukan arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menuruti kehendak sang pendidik.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan meningkatkan mutu mengajarnya. Siswa mestilah dilibatkan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga akan memacu aktivitas siswa untuk belajar.
Aktivitas belajar siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Setiap anak didik memiliki model akivitas belajar yang berbeda-beda. Setiap anak didik akan merasa nyaman dengan model aktivitas belajar yang biasa dilakukan. Sebagai contoh, dalam gambar tentang pohon dan tumbuhan, seorang anak mungkin akan menempelkan daun-daunan ke lengannya, menempelkan kertas cokelat ke kakinya sebagai batang pohon, lalu mengayun-ayunkan lengannya seperti pohon yang sedang bergerak tertiup angin. Di sudut lain, seorang anak lain belajar dengan mengamati buku yang gambarnya bisa dinaikkan. Si anak melihat dan meraba setiap bagian dari gambar di dalam buku tersebut.
Kedua anak ini berhasil menyerap informasi tentang pohon dan tumbuhan, tapi mereka melakukannya dengan cara berbeda, yang disesuaikan dengan gaya belajarnya. Anak yang pertama lebih mudah mendapatkan informasi dengan terlibat secara fisik dalam proses pembelajaran itu. Anak lainnya, untuk memahaminya, perlu meraba dan merasakannya.
Oleh karena itu, guru mestilah memahami model-model aktivitas ang relevan dengan pembelajaran anak didik. Sehingga guru dapat dengan mudah untuk memberikan dorongan motivasi agar anak dapat terus berusaha meningkatkan aktivitas belajarnya.
SMA Muhammadiyah Ketapang adalah salah satu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Ketapang yang memiliki jumlah siswa cukup banyak. Dari hasil survey awal, peneliti melihat pada umumnya, aktivitas belajar siswa SMA Muhammadiyah Ketapang juga dilakukan berbeda-beda oleh setiap orangnya. Ada anak didik yang hanya mendengarkan saja apa-apa yang diterangkan oleh guru, ada yang tidak berhenti untuk bertanya dan ada juga yang seperti tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh guru.
Namun dari nilai evaluasi diketahui bahwasanya nilai hasil belajar siswa dengan aktivitas belajar yang berlainan tersebut tidaklah berbeda jauh. Ini menandakan bahwasanya setiap anak didik merasa nyaman dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan dan mereka sama seperti teman mereka lainnya dapat dengan mudah menangkap materi pelajaran. Dalam proses belajar, seseorang akan merasa nyaman dan santai apabila situasi dan kondisi tempat dia belajar sesuai dengan situasi dan kodisi. Oleh karena itu, situasi dan kondisi di sekolah seharusnya diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan minat para siswa.
selengkapnya, download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar