Jumat, 24 Juni 2011

Guru dan Motivasi Belajar Siswa

Upaya peningkatan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan oleh guru Agama dalam kegiatan membuka, proses dan menutup pelajaran. Dalam ketiga tahapan pembelajaran tersebut guru Pendidikan Agama Islam dapat berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara, misalnya dengan mengenalkan tujuan pembelajaran dengan jelas sehingga siswa dapat mengetahui manfaat dari materi yang akan dipelajarinya nanti, penggunaan media dan metode pembelajaran yang tepat serta berusaha mendorong siswa untuk mengaplikasikan materi yang telah dibahas dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh baik di dunia dan di akhirat bila peserta didik melaksanakan ajaran-ajaran yang telah disampaikan pada proses kegiatan belajar mengajar.
Untuk keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sebelumnya siswa dilatih cara konsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan , peningkatan daya ingat serta belajar dengan metode bayangan. Disamping itu siswa dapat melakukan “SSN” (Senyum, Santai dan Nikmat) yang artinnya siswa dapat melakukan dengan senyum (dalam hati) berarti senang dalam proses kegiatan pembelajaran, Santai berarti siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran tidak tegang/stress serta siswa dapat menikmati kegiatan pembelajaran. Dengan proses tersebut akhirnya siswa dapat menguasai materi sesuai yang diharapkan dengan benar.
Disamping itu Guru harus selalu memberikan motivasi kepada semua siswa bahwa pelajaran tidak ada yang sulit, semua siswa akan mampu menguasai materi tersebut dengan baik. Hindarilah menakut-nakuti atau menyampaikan, bahwa pelajarannya sangat sulit, hal ini akan mengurangi motivasi siswa untuk belajar, seolah-olah kemampuan otaknya tidak mampu untuk menerimanya atau seolah-olah otaknya tertutup untuk menerimanya, karena pelajaran dipandang sangat sulit.
selanjutnya, download disini

Aktiivtas Belajar Siswa

Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi persyaratan berkembangnya budaya ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Namun dalam mengembangkan budaya belajar tersebur perlu belajar yang mana dan bagaimana itu diupayakan untuk diwujudkan. Dengan kata lain, persoalan belajar sebagai budaya yang akan dikembangkan, tidak bias dipisahkan dengan pemaknaan hakikat manusia baik yang belajar maupun yang membelajarkan. Secara tersirat persoalan-persoalan itu mestinya menjadi rujukan dalam membahas masalah-masalah belajar.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu factor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan dan pembelajaran. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani. Ketiga klausa itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberikan contoh, dan memberikan pengaruh serta harus dapat mengendalikan peserta didik.
Tut wuri mengandung makna membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing dan mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung pengertuan sikap menentukan arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menuruti kehendak sang pendidik.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan meningkatkan mutu mengajarnya. Siswa mestilah dilibatkan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga akan memacu aktivitas siswa untuk belajar.
Aktivitas belajar siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Setiap anak didik memiliki model akivitas belajar yang berbeda-beda. Setiap anak didik akan merasa nyaman dengan model aktivitas belajar yang biasa dilakukan. Sebagai contoh, dalam gambar tentang pohon dan tumbuhan, seorang anak mungkin akan menempelkan daun-daunan ke lengannya, menempelkan kertas cokelat ke kakinya sebagai batang pohon, lalu mengayun-ayunkan lengannya seperti pohon yang sedang bergerak tertiup angin. Di sudut lain, seorang anak lain belajar dengan mengamati buku yang gambarnya bisa dinaikkan. Si anak melihat dan meraba setiap bagian dari gambar di dalam buku tersebut.
Kedua anak ini berhasil menyerap informasi tentang pohon dan tumbuhan, tapi mereka melakukannya dengan cara berbeda, yang disesuaikan dengan gaya belajarnya. Anak yang pertama lebih mudah mendapatkan informasi dengan terlibat secara fisik dalam proses pembelajaran itu. Anak lainnya, untuk memahaminya, perlu meraba dan merasakannya.
Oleh karena itu, guru mestilah memahami model-model aktivitas ang relevan dengan pembelajaran anak didik. Sehingga guru dapat dengan mudah untuk memberikan dorongan motivasi agar anak dapat terus berusaha meningkatkan aktivitas belajarnya.
SMA Muhammadiyah Ketapang adalah salah satu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Ketapang yang memiliki jumlah siswa cukup banyak. Dari hasil survey awal, peneliti melihat pada umumnya, aktivitas belajar siswa SMA Muhammadiyah Ketapang juga dilakukan berbeda-beda oleh setiap orangnya. Ada anak didik yang hanya mendengarkan saja apa-apa yang diterangkan oleh guru, ada yang tidak berhenti untuk bertanya dan ada juga yang seperti tidak memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh guru.
Namun dari nilai evaluasi diketahui bahwasanya nilai hasil belajar siswa dengan aktivitas belajar yang berlainan tersebut tidaklah berbeda jauh. Ini menandakan bahwasanya setiap anak didik merasa nyaman dengan aktivitas belajar yang mereka lakukan dan mereka sama seperti teman mereka lainnya dapat dengan mudah menangkap materi pelajaran. Dalam proses belajar, seseorang akan merasa nyaman dan santai apabila situasi dan kondisi tempat dia belajar sesuai dengan situasi dan kodisi. Oleh karena itu, situasi dan kondisi di sekolah seharusnya diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan minat para siswa.
selengkapnya, download disini

Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam DIsiplin Belajar Siswa

A. Problem-Problem Yang Dihadapi Siswa
Berkaitan dengan masalah atau problematika siswa, Singgih D. Gunawan (1978: 14) mengemukakan bahwa seorang siswa yang tidak belajar yang belum terbiasa dengan pembagian waktu untuk bermain dan belajar, tidak akan menimbulkan persoalan selama raportnya selalu baik dan hasil ulangannya selalu di atas rata–rata. Apabila pada suatu saat ia mendapatkan raportnya banyak nilai–nilai kurang, barulah terasa adanya suatu permasalahan yang dialami dari siswa tersebut.
Sedangkan M. Alisuf Sabri (1995: 88) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik ditingkat sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi seringkali dijumpai ada beberapa siswa atau mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah dalam belajar itu sudah merupakan problem umum yang khas dapat terjadi dalam system pengajaran secara pertikal dan ini sudah termasuk tugas guru untuk mengatasinya agar setiap siswa mampu memperoleh hasil belajar tuntuas sebagaimana yang diharapkan. Kesulitan belajar siswa disini harus diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolahan, yang terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh seorang guru.
Kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk dan dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau menurunnya haisil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan masalah siswa yang paling jelas. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan dikelas maupun pekerjaan rumah, dan menurunnya hasil ulangan harian / post test. Nilai–nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

B. Faktor–Faktor Penyebab Siswa Bermasalah
Ada beberapa faktor yang menjadi sumber terjadinya masalah remaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutarjo (1972: 2) yaitu :
1. Faktor intern yakni faktor yang bersumber dari diri remaja itu sendiri yaitu:
a. Rasa rendah diri karena cacat keturunan baik biologis maupun fsikis, dapat menimbulkan kompensasi dalam bentuk kenakalan.
b. Bawaan negatif yang sukar untuk dikendalikan.
c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan–keadaan sekitarnya.
d. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian.
e. Tidak mempunyai kegemaran yang sehat.
2. Faktor ekstrim, yaitu yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja, yaitu:
a. Kurang perhatian serta rasa cinta dari orang tua.
b. Kegagalan pendidikan pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Pengawasan yang kurang dari para orang tua, guru masyarakat, dan pemerintah.
d. Kurangnya penghargaan terhadap pemuda oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Kurangnya sarana dan prasarana.
f. Cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
Berdasarkan kedua faktor tersebut maka Alisut Satri (1995: 90) mengungkapkan bahwa penyebab timbulnya masalah atau kesulitan belajar siswa di sekolah selengkapnya dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan intelektual / kecerdasan anak.
2. Gangguan–gangguan perasaan / emosi.
3. Kurangnya motivasi dalam belajar.
4. Kurangnya kematangan untuk belajar.
5. Latar belakang sosial yang tidak menunjang.
6. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
7. Kemampuan mengingat yang lemah / rendah.
8. Terganggunya alat indra.
9. Proses belajar mengajar tidak sesuai.
10. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Menurut Slameto (2003: 54), ada berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajr, tetapi yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang berupa kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya / bebas dari penyakit, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar, seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
b. Faktor Psikologis
1) Bakat
Menurut Sudirman, A.M (1996: 45), bakat adalah kemampuan seseorang untuk malakukan suatu kegiatan yang sudah ada sejak manusia itu ada. Jadi bakat itu merupakan suatu potensi atau kecakapan dasar yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir berupa keunggulan khusus dalam bidang tertentu.
Didalam belajar, seseorang akan mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempunyai sesuatu yang lain dari bakatnya, dia akan cepat bosan dan tidak senang. Sebaliknya, apabila seseorang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakat dapat membuat ia betah mempelajari hal tersebut. Hal ini sejalan dengan pandapat S. Nasution (1995: 380) bahwa anak-anak yang berbakat khusus dapat dibimbing untuk penguasaan penuh atas bahan pelajaran.
Dengan melihat pendapat di atas dapat dikatakan bahwa faktor bakat turut menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
2) Minat
Minat adalah daya gerak yang mendorong kita tertarik pada orang atau kegiatan atau biasa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Abdur Rahman Abror, 1993: 112), jadi minat merupakan suatu perhatian atau kecenderungan terhadap sesuatu yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk berprestasi terhadap sesuatu hal atau kegiatan.
Minat besar pengaruhnya terhadap pelajar, karena bila bahan pelajaran tidak menarik minat siswa, maka siswa akan mengenyampingkan bahan pelajaran tersebut. Sehingga ia tidak berhasil dalam belajar. Sebagaiman pendapat Sumadi Suryabrata (1984: 890), bahwa, seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan berhasil dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minatnya, maka ia akan memperoleh hasil yang baik karena ia akan tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar.

3) Intelegensi
Yang dimaksud dengan intelegensi (kecerdasan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir yang sifatnya rumit dan abstrak (Chaplin, 1972: 244).
Tingkat intelegensi manusia tidak sama, ada yang tinggi rendah dan sedang. Orang yang tingkat intelegensinya tinggi dapat mengolah gagasan yang abstrak, rumit, dan sulit dengan cepat tanpa kesulitan dibandingkan dengan orang yang tingkat intelegensinya sedang dan rendah.
Intelegensi merupakan suatu kemampuan yang dibawa dari lahir, pendidikan tidak meningkatnya tetapi hanya dapat mengembangkannya. Suatu kenyataan yang kita ingat adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang bukanlah merupakan jaminan bahwa dia akan berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik karena keberhasilan dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh intelegensi saja, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain.
4) Motivasi
Menurut Neohi Nasution (1991: 9) bahwa, motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan menurut E.P. Hutabarat (1995: 25) motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk malakukan sesuatu.
Dengan demikian motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Demi suksesnya belajar, motivasi belajar itu haruslah kuat Ardan N. Fransen (Sardiman A.M, 1996: 46) menyebutkan ada beberapa hal yang berkaitan mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan tersebut adalah:
a). Adanya sifat ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b). Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk maju.
c). Adanya keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru, dan teman-tamannya.
d). Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi.
e). Adanya keinginan untuk memperbaiki rasa aman bila menguasai pelajaran.
f). Adanya hukuman dan ganjaran sebagai akhir dari pelajaran.
Dengan demikian motivasi merupakan faktor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar semakin tinggi motivasi belajar, maka semakin giat seseorang belajar, sehingga materi pelajaran semakin dikuasai.
selengkapnya download disini

Masalah Belajar Siswa

A. Problem-Problem Yang Dihadapi Siswa
Berkaitan dengan masalah atau problematika siswa, Singgih D. Gunawan (1978: 14) mengemukakan bahwa seorang siswa yang tidak belajar yang belum terbiasa dengan pembagian waktu untuk bermain dan belajar, tidak akan menimbulkan persoalan selama raportnya selalu baik dan hasil ulangannya selalu di atas rata–rata. Apabila pada suatu saat ia mendapatkan raportnya banyak nilai–nilai kurang, barulah terasa adanya suatu permasalahan yang dialami dari siswa tersebut.
Sedangkan M. Alisuf Sabri (1995: 88) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik ditingkat sekolah dasar, sekolah menengah maupun perguruan tinggi seringkali dijumpai ada beberapa siswa atau mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian masalah dalam belajar itu sudah merupakan problem umum yang khas dapat terjadi dalam system pengajaran secara pertikal dan ini sudah termasuk tugas guru untuk mengatasinya agar setiap siswa mampu memperoleh hasil belajar tuntuas sebagaimana yang diharapkan. Kesulitan belajar siswa disini harus diartikan sebagai kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolahan, yang terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang akan disampaikan oleh seorang guru.
Kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk dan dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau menurunnya haisil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan masalah siswa yang paling jelas. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan dikelas maupun pekerjaan rumah, dan menurunnya hasil ulangan harian / post test. Nilai–nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

B. Faktor–Faktor Penyebab Siswa Bermasalah
Ada beberapa faktor yang menjadi sumber terjadinya masalah remaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutarjo (1972: 2) yaitu :
1. Faktor intern yakni faktor yang bersumber dari diri remaja itu sendiri yaitu:
a. Rasa rendah diri karena cacat keturunan baik biologis maupun fsikis, dapat menimbulkan kompensasi dalam bentuk kenakalan.
b. Bawaan negatif yang sukar untuk dikendalikan.
c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja. Lemahnya kemampuan pengawasan diri sendiri serta sikap menilai terhadap keadaan–keadaan sekitarnya.
d. Kurang mampu mengadakan penyesuaian dengan lingkungan yang baik, sehingga mencari pelarian.
e. Tidak mempunyai kegemaran yang sehat.
2. Faktor ekstrim, yaitu yang mendorong timbulnya kenakalan remaja yang bersumber dari luar diri pribadi remaja, yaitu:
a. Kurang perhatian serta rasa cinta dari orang tua.
b. Kegagalan pendidikan pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
c. Pengawasan yang kurang dari para orang tua, guru masyarakat, dan pemerintah.
d. Kurangnya penghargaan terhadap pemuda oleh lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Kurangnya sarana dan prasarana.
f. Cara pendekatan yang tidak sesuai dengan perkembangan remaja oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
Berdasarkan kedua faktor tersebut maka Alisut Satri (1995: 90) mengungkapkan bahwa penyebab timbulnya masalah atau kesulitan belajar siswa di sekolah selengkapnya dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Rendahnya kemampuan intelektual / kecerdasan anak.
2. Gangguan–gangguan perasaan / emosi.
3. Kurangnya motivasi dalam belajar.
4. Kurangnya kematangan untuk belajar.
5. Latar belakang sosial yang tidak menunjang.
6. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
7. Kemampuan mengingat yang lemah / rendah.
8. Terganggunya alat indra.
9. Proses belajar mengajar tidak sesuai.
10. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.
Menurut Slameto (2003: 54), ada berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajr, tetapi yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang berupa kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal terbagi menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmaniah
1) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya / bebas dari penyakit, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar, seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

2) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.
b. Faktor Psikologis
1) Bakat
Menurut Sudirman, A.M (1996: 45), bakat adalah kemampuan seseorang untuk malakukan suatu kegiatan yang sudah ada sejak manusia itu ada. Jadi bakat itu merupakan suatu potensi atau kecakapan dasar yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir berupa keunggulan khusus dalam bidang tertentu.
Didalam belajar, seseorang akan mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang harus mempunyai sesuatu yang lain dari bakatnya, dia akan cepat bosan dan tidak senang. Sebaliknya, apabila seseorang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakat dapat membuat ia betah mempelajari hal tersebut. Hal ini sejalan dengan pandapat S. Nasution (1995: 380) bahwa anak-anak yang berbakat khusus dapat dibimbing untuk penguasaan penuh atas bahan pelajaran.
Dengan melihat pendapat di atas dapat dikatakan bahwa faktor bakat turut menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
2) Minat
Minat adalah daya gerak yang mendorong kita tertarik pada orang atau kegiatan atau biasa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Abdur Rahman Abror, 1993: 112), jadi minat merupakan suatu perhatian atau kecenderungan terhadap sesuatu yang menjadi pendorong bagi seseorang untuk berprestasi terhadap sesuatu hal atau kegiatan.
Minat besar pengaruhnya terhadap pelajar, karena bila bahan pelajaran tidak menarik minat siswa, maka siswa akan mengenyampingkan bahan pelajaran tersebut. Sehingga ia tidak berhasil dalam belajar. Sebagaiman pendapat Sumadi Suryabrata (1984: 890), bahwa, seseorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan berhasil dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan minatnya, maka ia akan memperoleh hasil yang baik karena ia akan tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar.

3) Intelegensi
Yang dimaksud dengan intelegensi (kecerdasan) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan berfikir yang sifatnya rumit dan abstrak (Chaplin, 1972: 244).
Tingkat intelegensi manusia tidak sama, ada yang tinggi rendah dan sedang. Orang yang tingkat intelegensinya tinggi dapat mengolah gagasan yang abstrak, rumit, dan sulit dengan cepat tanpa kesulitan dibandingkan dengan orang yang tingkat intelegensinya sedang dan rendah.
Intelegensi merupakan suatu kemampuan yang dibawa dari lahir, pendidikan tidak meningkatnya tetapi hanya dapat mengembangkannya. Suatu kenyataan yang kita ingat adalah tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang bukanlah merupakan jaminan bahwa dia akan berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan baik karena keberhasilan dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh intelegensi saja, tetapi juga ditentukan oleh faktor lain.
4) Motivasi
Menurut Neohi Nasution (1991: 9) bahwa, motivasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan menurut E.P. Hutabarat (1995: 25) motivasi adalah tenaga penggerak yang menimbulkan upaya keras untuk malakukan sesuatu.
Dengan demikian motivasi belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Demi suksesnya belajar, motivasi belajar itu haruslah kuat Ardan N. Fransen (Sardiman A.M, 1996: 46) menyebutkan ada beberapa hal yang berkaitan mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan tersebut adalah:
a). Adanya sifat ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b). Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk maju.
c). Adanya keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru, dan teman-tamannya.
d). Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi.
e). Adanya keinginan untuk memperbaiki rasa aman bila menguasai pelajaran.
f). Adanya hukuman dan ganjaran sebagai akhir dari pelajaran.
Dengan demikian motivasi merupakan faktor inner (batin) yang berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar semakin tinggi motivasi belajar, maka semakin giat seseorang belajar, sehingga materi pelajaran semakin dikuasai.

Jumat, 17 Juni 2011

ROKOK ELEKTRIK, SEHAT DAN HEMAT

Dahsyat.....!!!!!
Lebih sehat....!!!! Lebih Hemat...!!!

Rokok Elektrik Hadir di tengah-tengah Anda...

Bagi Anda yang ingin mencari alternatif pengganti rokok..
Bagi Anda yang ingin mencari rokok lebih sehat dan bagi Anda yang menginginkan penghematan keuangan...

Rokok Elektrik, merupakan sebuah terobosan baru sebagai alternatif pengganti rokok konvensional. Dengan berbagai rasa pilihan menyajikan kepuasan tersendiri bagi Anda para penghisapnya.

Pada rokok tembakau biasa, nikotin yang terkandung di dalamnya adalah sebesar 1.1mg/pcs. Sehingga tiap satu bungkus rokok biasa mengandung 1.1mg x 20 batang = 22 mg nikotin. Sedangkan Rokok Elektrik (e-Cigarette) memberikan kuota penghirupan lebih dari 300 kali yang setara dengan satu pak rokok biasa (20 batang). Kepadatan yang tertinggi adalah 6 mg. Jauh lebih rendah di banding dengan rokok tembakau konvensional.

Keuntungan Menggunakan Rokok Elektrik:
- TANPA tar, racun, karbon monoksida, zat additive, dan bau asap yang mengganggu
- Aman bagi lingkungan, termasuk orang lain di sekitar Anda (tidak ada bahaya PEROKOK PASIF)
- Menghemat uang (1 buah refill setara 10 - 20 batang rokok biasa), Menghentikan kebiasaan merokok secara bertahap, Menghindari risiko kesehatan dari merokok
- Sebagai subtitusi pengganti rokok konvensional
- Merupakan terapi untuk berhenti merokok, karena anda tetap merasa seakan akan anda sedang merokok, Dapat digunakan dimanapun, termasuk di tempat DILARANG MEROKOK . Menghindari risiko kesehatan yang disebabkan oleh merokok
- Baterai bisa diisi ulang
- Tidak menyebabkan polusi udara. Asap yang keluar adalah asap dari kandungan gel yang diubah menjadi uap air oleh automizer
- Bentuk dan rasa hampir sama seperti aslinya rokok tembakau biasa, sehingga Anda dapat menikmati seluruh proses merokok.
- Filter Cartridge dapat diganti-ganti RASA / AROMA berdasarkan selera perokok, bahkan ada yang rasa buah-buahan.

Tersedia dalam 12 macam pilihan rasa:
Rasa Rokok:
1. DJISAMSOE 234
2. GUDANG GARAM
3. DJARUM SUPER
4. SAMPOERNA MILD
5. MARLBORO
6. MINT,

Rabu, 15 Juni 2011

kenakalan remaja

Usia remaja merupakan usia transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa-masa ini seorang remaja mengalami guncangan batin yang beppengaruh terhadap tingkah lakunya.
Bagaimanakah guncangan jiwa ini berpegaruh terhadap kenakalan remaja?
dan bagaimana cara mengatasinya?
Jawabannya: Klik Disini

Laporan PPL

Setelah melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), mahasiswa tarbiyah diwajibkan untuk menyusun laporan pelaksanaan kegiatan PPL. klik link ini untuk mendownload contoh laporan PPL, untuk rpp silahkan bukan postingan berikutnya.

Selasa, 14 Juni 2011

Internet dan Motivasi Belajar

Apa yang dilakukan anak muda ketika mereka suntuk? Kebanyakan dari mereka pasti langsung Online. internet bukan lagi barang mahal karena dapat dengan mudah diakses lewat hp atau pc. nah, dapatkan internet memberi pengaruh terhadap motivasi belajar? jawabannya klik disini

Administrasi dan Manajemen Pendidikan

Proses belajar mengajar tidak sekedar proses penyampaian materi dari guru kepada siswa, ada hal-hal lain yang harus tersedia agar proses KBM berjalan dengan baik. salh satunya adalah administrasi dan manajemen. untuk makalah lengkapnya klik disni

Aspek Trigatra

yang memerlukan makalah tentang trigatra.. download aja...
en jangan lupa klik iklan dbawah ya,,,

Civic Education

Ok.... untuk makalah civic education klik disini ya..

tapi jangan lupa klik link iklan paling bawah....

Dinasti Mamalik

Dalam perjalanan waktu, banyak kerajaan-kerajaan Islam baik besar maupun kecil yang mengisi ruas sejarah dengan beragam peristiwa penting tak terlupakan. salah satunya adalah DInasti mamalik yang pernah berkuasa di.....
Download disini untuk lebih lengkapnya

Senin, 13 Juni 2011

mahalnya pendidikan

Pendidikan sebagai salah satu elemen yang sangat penting dalam mencetak generasi penerus bangsa juga masih jauh dari yang diharapkan. Masalah disana-sini masih sering terjadi. Namun yang paling jelas adalah masalah mahalnya biaya pendidikan sehingga tidak terjangkau bagi masyarakat dikalangan bawah. Seharusnya pendiikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan Negara kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini mempunyai konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran dan pendidikan yang layak.Maka tentu saja Negara dalam hal ini Pemerintah harus mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya pendidikan sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu.
selengkapnya kklik disni

Kesehatan Sekolah

Menjadikan anak-anak sehat dan mampu untuk belajar merupakan komponen yang esensial dari sebuah sistem pendidikan yang efektif. Terutama sekali ini relevan untuk mendukung program Education for All untuk daerah-daerah yang kurang beruntung. Anak-anak di daerah (keluarga) yang kurang beruntung ini biasanya paling rawan terkena sakit dan kurang gizi. Mereka membutuhkan perbaikan kesehatan.
selengkapnya disini